BLANTERORBITv102

    Membaca Aktif, Bukan Sekadar Aktif Membaca

    Rabu, 15 Desember 2021

    Oleh: Choirun Nisa Nurlatifah

    “Membaca sama dengan mengisi teko, sedangkan menulis sama dengan menuang isi teko ke wadah lain.”-Arafat Nur (Sastrawan)

    Apabila membaca ibarat mengisi teko, lalu bagaimana cara agar “isi” tersebut bisa masuk ke dalam teko dengan tepat sasaran?

    Apakah dengan sering “menuang isi” ke dalam teko, sudah pasti membuat teko itu terisi?

    Mana yang lebih efektif antara menuang lambat tapi tepat, atau sering menuang tapi tidak tepat sasaran? Tentu jawabannya adalah menuang lambat tapi tepat.

    Hal ini juga sama analoginya dengan membaca. Sering atau aktif membaca tidak sama dengan membaca aktif. Bisa jadi seseorang aktif membaca dengan cara menamatkan satu buku dalam sehari, tapi tidak paham apa yang ia baca tadi. Atau mungkin, ada seseorang yang membaca dan mampu memahami teks, tapi ia tidak meneliti terkait kevalidan teks tersebut sehingga malah berujung mengamalkan hoaks. Contoh lain, seseorang membaca kemudian langsung serta merta mengaplikasikan apa yang dibacanya tanpa menguji dan mengevaluasi terlebih dahulu dengan sumber lain yang relevan. Itu semua adalah contoh ‘aktif membaca’ saja.

    Berbeda dengan aktif membaca, kegiatan ‘membaca aktif’ lebih mengutamakan agar pembaca mampu memahami, menerapkan, serta mengkritisi apapun yang dibacanya. Tentu saja hal ini akan memerlukan waktu yang lebih lama dari pada sekadar membaca biasa.

    Membaca aktif atau bisa juga disebut membaca secara mendalam, selain dapat membuat pembaca memahami informasi dengan lebih kompleks dan komplit, juga dapat melatih daya logika terutama yang berkaitan dengan ke-kritis-an. Meskipun membaca aktif itu memerlukan kerja keras yang lebih dibandingkan dengan membaca biasa, hal ini sangat diperlukan terutama bagi para penulis agar tulisan yang dihasilkan bersifat kredibel dan dapat dipertanggung-jawabkan.

    Setidaknya ada 5 langkah yang bisa diterapkan untuk mulai ‘membaca aktif’ agar teko dapat terisi dengan tepat sasaran.

    1. Gunakan 5W + 1H untuk melihat informasi tersurat. Membaca aktif dapat dimulai dengan meneliti unsur-unsur yang tersurat/tertulis dalam teks seperti unsur 5W + 1H, yaitu; what, where, when, who, why, dan how yang memiliki arti; apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana sesuatu bisa terjadi.

    2. Tandai kata kunci atau kata penting , kemudian cari tau lebih banyak tentang kata-kata tersebut. Kata kunci atau kata penting bisa dilihat dari judul, kata asing, maupun kata-kata yang sering dibahas dalam teks.

    3. Cari arti, padanan kata (sinonim), dan lawan kata (antonym) dari kata-kata asing yang ditemukan dalam teks. Kata asing adalah kata yang baru pertama kali kita dengar atau yang belum kita pahami penggunaan konteksnya.

    4. Coba buat kalimat baru mengandung kata asing atau kata penting tersebut. Selain mengenal kosa kata baru, dengan membuat kalimat baru menggunakan kata asing dapat melatih ketrampilan menulis.

    5. Pahami nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan. Nilai yang baik dapat disimpan, sedangkan nilai yang tidak sesuai dapat dijadikan cerminan. Memahami nilai yang terkandung dalam bacaan dapat melatih sensitivitas pembaca dalam menghasilkan gagasan baru hasil olah pikirannya sendiri.

    Membaca aktif sama dengan membaca secara tuntas dan komplit. Tidak hanya memahami sedikit atau sebagian isi teks, tapi keseluruhannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan, “Jangan membaca sampai koma, tapi bacalah sampai titik.”-Sepositif.

    Choirun Nisa Nurlatifah Anggota ODOP angkatan ke-9


    1. Kadang kalau sudah membaca novel karena ke asyikan membaca suka lupa sama steps2 ini mbak... Heheheh.... Tapi keren kok tulisannya 👍👍👍

      BalasHapus
    2. Tulisan yang relate sekali, banyak para pembaca buku yang hanya mengejar jumlah buku yang dibaca padahal belum tentu memahami isi bukunya secara tuntas

      BalasHapus