BLANTERORBITv102

    Belati Jahat - Bait Oleh Dadar Fitrian

    Minggu, 22 September 2024


    Belati Jahat

    Oleh : Dadar Fitrianj

    Lempar belati, sembunyi tangan,
    belati ringan menggores jiwa,
    belati itu kembali seperti bumerang;
    Kamu tersakiti.

    Lempar belati, sembunyi tangan,
    belati tidak bertulang mengoyakkan jiwa,
    belati itu kembali seperti bumerang;
    Rintik di sudut matamu—
    Gemuruh di kepalamu menilai dunia

    tidak adil; Kamu munafik.

    Lempar belati, sembunyi tangan,
    belati tidak berwajah menusuk jiwa,
    belati itu kembali seperti bumerang;

    Kenapa kamu menyangkal?
    Belati penuh duri yang kamu hujamkan

    membuat musuh terjaga

    hingga mengering raganya.

    Lempar belati, sembunyi tangan,
    belati itu kembali seperti bumerang;
    Lempar batu sembunyi tangan.
    Tidakkah kamu introspeksi diri?

    Ambon, 31 Agustus 2024

    belati jahat puisi

    Gemuruh dan Gejolak


    Banyak hal yang berseteru; bergemuruh
    Tidakkah guntur itu menggelar

    karena tabrakan dua awan?

    Banyak hal yang berseru; bergemuruh
    Percikan kilat menyambar taman bunga.
    Kehidupan sudah tidak seru!

    Banyak hal yang berseteru; bergejolak

    Topeng-topeng dikenakan
    Kamu tidak menganal rupa asli
    terpedaya tipu muslihat


    Banyak hal yang berseteru

    Tabrakan awan membuat

    dua belati saling silat
    Taman bunga menjadi saksi,
    kian nampak topeng-topeng palsu
    tanpa sadar telah terjebak dalam fana semu

    Ambon, 31 Agustus 2024


    Sungguh, Aku Belum Pernah Melihatmu


    Sungguh, aku belum pernah melihatmu.
    Jika sudah waktunya,

    tolong izinkan aku melihatmu.

    Sungguh, aku belum pernah melihatmu.
    Tapi entah kenapa aku rindu.
    entah kenapa, menurut cerita,
    Kau pun rindu.

    Sungguh, aku ingin menemuimu.
    Janjimu, kau akan memberiku syafaat.
    Dan janjiku, aku akan selalu menjadi pengikut setiamu.
    Karena sungguh, aku rindu padamu.

    Sungguh, saat-saat yang tak terduga
    Mulutku mulai bergerak melantunkan shalawat.
    Sungguh, saat-saat aku tak bisa lagi

    membendung rasa itu. Kau hadir.

    Sungguh, hati ini bergetar karenamu
    Sungguh, air mata ini jatuh.

    Ambon, 31 Agustus 2024


    Oleh : Dadar Fitrianj, anggota ODOP angkatan 12 kelahiran Makassar, 8 Januari