Belati Jahat
Oleh : Dadar Fitrianj
Lempar belati, sembunyi tangan,
belati ringan menggores jiwa,
belati itu kembali seperti bumerang;
Kamu tersakiti.
Lempar belati, sembunyi tangan,
belati tidak bertulang mengoyakkan jiwa,
belati itu kembali seperti bumerang;
Rintik di sudut matamu—
Gemuruh di kepalamu menilai dunia
tidak adil; Kamu munafik.
Lempar belati, sembunyi tangan,
belati tidak berwajah menusuk jiwa,
belati itu kembali seperti bumerang;
Kenapa kamu menyangkal?
Belati penuh duri yang kamu hujamkan
membuat musuh terjaga
hingga mengering raganya.
Lempar belati, sembunyi tangan,
belati itu kembali seperti bumerang;
Lempar batu sembunyi tangan.
Tidakkah kamu introspeksi diri?
Ambon, 31 Agustus 2024
Gemuruh dan Gejolak
Banyak hal yang berseteru; bergemuruh
Tidakkah guntur itu menggelar
karena tabrakan dua awan?
Banyak hal yang berseru; bergemuruh
Percikan kilat menyambar taman bunga.
Kehidupan sudah tidak seru!
Banyak hal yang berseteru; bergejolak
Topeng-topeng dikenakan
Kamu tidak menganal rupa asli
terpedaya tipu muslihat
Banyak hal yang berseteru
Tabrakan awan membuat
dua belati saling silat
Taman bunga menjadi saksi,
kian nampak topeng-topeng palsu
tanpa sadar telah terjebak dalam fana semu
Ambon, 31 Agustus 2024
Sungguh, Aku Belum Pernah Melihatmu
Sungguh, aku belum pernah melihatmu.
Jika sudah waktunya,
tolong izinkan aku melihatmu.
Sungguh, aku belum pernah melihatmu.
Tapi entah kenapa aku rindu.
entah kenapa, menurut cerita,
Kau pun rindu.
Sungguh, aku ingin menemuimu.
Janjimu, kau akan memberiku syafaat.
Dan janjiku, aku akan selalu menjadi pengikut setiamu.
Karena sungguh, aku rindu padamu.
Sungguh, saat-saat yang tak terduga
Mulutku mulai bergerak melantunkan shalawat.
Sungguh, saat-saat aku tak bisa lagi
membendung rasa itu. Kau hadir.
Sungguh, hati ini bergetar karenamu
Sungguh, air mata ini jatuh.
Ambon, 31 Agustus 2024
Oleh : Dadar Fitrianj, anggota ODOP angkatan 12 kelahiran Makassar, 8 Januari
0 apresiasi