Oleh: Suparto
Pada awal mengikuti program di Komunitas One Day One Post (ODOP) yang digerakkan oleh Bang Syaiha, para peserta mendapatkan motivasi agar disiplin menulis setiap hari dan memostingnya di blog atau media lain. Untuk menciptakan disiplin sekaligus mengatasi kendala dan kebuntuan, salah satu kalimat penyemangatnya adalah:
“Tulislah hal-hal baik yang kamu sukai, yang penting bisa menulis setiap hari. Urusan kualitas pikir belakang.”
Dengan kalimat “paksaan” tersebut, akhirnya mulai “terbiasa” untuk menulis setiap hari. Dan terbukti mampu menghasilkan tulisan dan memostingnya. Ternyata kalau ada kemauan kuat dan disiplin, kita mampu berkarya.
Seiring perjalanan waktu, ketika sudah membiasakan diri menulis setiap hari, apalagi dilakukan dalam suatu komunitas yang memungkinkan saling berinteraksi, kita menemukan banyak pelajaran untuk memperbaiki kualitas tulisan.
Salah satu pelajaran dan hikmah berharga yang kita dapatkan adalah sebuah prinsip bahwa “menulis itu sangat penting”. Ini kebalikan dari prinsip yang ditanamkan pada awal berlatih menulis setiap hari yakni, “yang penting menulis.”
Mengapa menulis itu sangat penting? Karena melalui tulisan yang dipublikasikan tersebut, disamping bisa mengekspresikan jiwa dan mengasah ketajaman pemikiran kita, seperti kata Bang Syaiha, juga menjadi sarana untuk berbagi dan menebar kebaikan.
Ketika kita sudah menemukan prinsip bahwa menulis itu sangat penting dan sarana berbagi dan menebar kebaikan, maka kita akan selalu berpikir bagaimana bisa menghasilkan karya terbaik dan bermanfaat bagi orang lain.
Meskipun kita bukan orang yang memilih profesi sebagai penulis, tetapi menulis itu merupakan satu aktivitas yang sangat penting.
Pramudya Ananta Toer, seorang sastrawan Indonesia ternama pernah menyatakan, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Dengan menulis, seseorang akan terus ada meski jasadnya sudah dipendam tanah. Seseorang yang rajin menulis dan memublikasikannya maka hidupnya akan abadi, tak hilang ditelan zaman. Ia senantiasa hidup berkat karya-karyanya. Keabadiannya terletak pada karya-karya tulisannya (ilmu) yang dibaca dan bermanfaat untuk banyak orang, yang pada akhirnya, insya Allah, mengalirkan pahala kebaikan bagi orang yang berkarya.
Hal tersebut sesuai dengan salah satu poin yang dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Muslim, mengenai tiga hal yang tidak akan terputus meskipun orang yang bersangkutan telah meninggal dunia. Pertama, amal jariyah, kedua, ilmu yang bermanfaat dan ketiga, doa anak sholeh kepadanya.
Sepanjang karya tersebut masih dibaca banyak orang dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas, pahalanya akan terus mengalir kepada si penulisnya, meski yang bersangkutan telah wafat sekalipun.
Di sinilah esensi yang sesungguhnya tentang pentingnya makna menulis bagi kita. Tentu, maksudnya, adalah tulisan yang bersifat positif dan mendatangkan kemanfaatan, memberikan inspirasi, menggugah jiwa, membangkitkan semangat, mengandung ilmu penting dan seterusnya.
Untuk mendorong agar kita rajin menulis, bisa disimak petuah Imam Al-Ghazali. Tokoh yang dikenal dengan sebutan Hujatul Islam itu mengatakan, “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.”
Salah satu cara untuk bisa menghasilkan tulisan yang baik dan bermakna, disamping terus menulis, kita harus banyak membaca. Semakin banyak membaca, kita bisa memperdalam berbagai khazanah keilmuan dan memperkaya pemikiran untuk memperoleh inspirasi bagi pengembangan tulisan.
Selamat berkarya!
Suparto anggota Komunitas One Day One Post (ODOP) Batch-2.
Makasih supportnya, lama ngak nulis di blog... Jadi kepingin nulis di blog lagi.
BalasHapus