Sajak Sang Pejalan
Minggu, 01 Maret 2020
Oleh: Muhammad Syaifuddin
Sajak Sang Pejalan
Siapakah aku ini?
Cuma bujangan yang berkeliaran di jalanan
Berkawan dengan panas dan dingin
Selalu bersama panasnya mentari dan derasnya hujan
Tak jarang berselimutkan kejamnya angin
Tak peduli dengan waktu, perjalanan harus tetap berlanjut
Apalah aku ini?
Bukan seorang pembesar yang berkuasa
Hanya seorang pekerja biasa tanpa gelar
Masih berharap akan balas jasa
Haus akan pujian yang menggelegar
Bagaimana aku ini?
Mudah terganggu pujian orang
Membuat hati serasa terbang
Setiap saat bisa tersulut emosi
Siap menyerbu yang ada di kanan kiri
Mengapa aku ini?
Begitu sulit menerima nasihat
Seakan hati dan pikiran ini yang paling sehat
Padahal di depan mata
Jurang kehinaan menganga telah menyapa
Kapankah aku berubah?
Apakah menunggu teguran Tuhan?
Padahal ribuan nikmat telah bertebaran
Apakah harus menunggu penyesalan?
Padahal pahitnya rasa bisa dihindarkan?
Demikianlah...
Aku bukan apa-apa
Aku bukan siapa-siapa
Hanya sekedar pejalan malam
Berlumuran sejarah yang amat kelam
Ambil tanganku ini
Aku adalah pejalan yang tak selalu mampu menanggung semua beban sendirian
Malang, 13 Januari 2020
Sajak Pejalan Gila
Langkahku kakiku memang lemah, tapi tidak semudah itu mengatakan menyerah
Cukup begini saja, seadanya
Selama asap masih bisa mengepul
selama masih ada kemungkinan
skenario kehidupan masih bisa berubah
Namun apa daya
aku bukan apa-apa
Hanya pejalan malam
tak kuasa melawan takdir-Nya
Langkah demi langkah
akan tetap terayunkan
Walau di depan mata banyak jalan terbentang
entah mana yang benar
Tubuh ini tak akan selamanya kuat menanggung beban perjalanan
semua punya batas
Namun, sampai detik itu tiba
pantang untukku berhenti begitu saja, tanpa berbuat apapun
Setidaknya, bisa membuka jalan
menyingkirkan halang rintang
Sebuah pilihan yang tak bisa kuhindari
Hanya inilah yang aku mampu
Kemarilah, wahai rangkaian takdir Tuhan yang terpendam dalam kegelapan malam
Aku belum tentu sanggup menghadapimu
Namun, pijakan kaki ini tak mau mundur, sampai semua tenagaku habis
lenyap bersama seluruh hembusan napas yang tersisa
Apakah ini gila?
Iya, aku memang gila
Setidaknya, sebelum dunia ini membuatku gila
aku sudah gila lebih dahulu
Untuk apa membuat gila orang yang sudah gila?
Bersama perjalanan yang kadang menyakitkan inilah aku tumbuh
Semoga perjalanan inilah, yang akan mengantarkan diriku pada cerita indah yang telah dijanjikan
Malang, 16 Januari 2020
Jeritan Sang Pejalan
Terima kasih, Gusti
Atas segala pemberian-Mu yang tak kenal batas
Kami hamba yang tak tahu diri
Terus menjerit dan meminta segalanya
Entah itu baik atau buruk
Yang penting nafsu kami terpuaskan
Kami makhluk-Mu yang menuntut keadilan
Padahal kami sendiri berbuat tidak adil
Apapun kami lakukan tak pandang itu baik atau tidak
Kami berdandan dengan jubah, sorban,
Yang kami cari bukan cinta-Mu
Melainkan Tuhan semu yang tak bertahan lama
Melalui perjalanan ini, didiklah kami
Agar nyawa yang engkau pasang di tubuh ini bernilai
Agar hidup yang kami jalani memiliki makna yang sejati
Perjalankan kami, Gusti
Agar kami sadar
Akal dan kecerdasan ini bukan segalanya
Ajarkan kepada kami
Penampilan menawan hanya tipuan semata
Tak bisa mencerminkan kehidupan yang mulia
Jika tak ada tuntunan-Mu
Maka hidup serasa mati
Ada atau tiada, hasilnya sama saja
Malang, 19 Januari 2020
Muhammad Syaifuddin bernama lengkap Muhammad Syaifuddin Kusuma Winardi adalah anggota Komunitas One Day One Post (ODOP) Batch 7, bisa disapa pada email: saif2040@gmail.com.
0 apresiasi