BLANTERORBITv102

    Mengungkap Rindu yang Tak Ingin Menyerah

    Selasa, 01 Oktober 2019

    Oleh: Sakifah

    Bagi bangsa Indonesia, rempah turut mengukir pahit sekaligus manisnya sejarah. Indonesia pernah dijajah karena keberadaan rempah sebagai sumber daya yang mahal di mata dunia. Akibatnya, penderitaan rakyat yang saat itu kesejahteraan belum merata, harus berlipat dengan sengsara akibat ulah para penguasa yang datang tiba-tiba.

    Tidak kurang dari 350 tahun sejak sebelum kemerdekaan diproklamasikan, bangsa Indonesia yang belum berdiri kokoh sebagai sebuah negara harus merasakan kemiskinan, berjibaku dengan peperangan dan perebutan kekuasaan. Ternate dan Tidore sebagai penghasil pala dan lada terbesar, dijarah oleh para penjajah dengan harga yang sangat murah. Cengkeh dari daratan Sumatera, mengalami nasib tak jauh berbeda. Belum lagi berbagai jenis rimpang seperti jahe, kunyit, kencur, dan kawan-kawannya.

    Selain berbagai jenis rempah yang kerap menghiasi isi dapur para ibu rumah tangga, beserta berbagai kisah pilu dalam sejarah Indonesia, masih ada beberapa jenis rempah yang tergolong langka. Misalnya kapulaga, bunga lawang (apakah betul bunga?), klabet, jintan, sampai vanili. Sisi lain berbagai jenis rempah tersebut mengukir sejarah manis bangsa hingga saat ini.

    Melalui berbagai jenis kuliner yang mewajibkan keberadaan rempah sebagai pelengkapnya, cita rasa yang dihasilkan dari masakan orang Indonesia menjadi istimewa. Merangkai cerita, mengukir kisah, bahkan menyatukan asmara. Beberapa kisah betapa istimewanya kesan rempah, terhimpun dalam satu karya bernama Rempah Rindu.

    Kumpulan novelet ini adalah karya sekelompok alumni WWA Bekraf, sebuah workshop kepenulisan yang digawangi oleh Badan Ekonomi Kreatif bersama tim pendamping writerpreneur. Pada akhirJuni 2019, setelah bertemu dan belajar langsung pada para penulis senior tanah air, mereka mendapat tugas untuk menyusun satu buku setiap kelompok. Syarat mutlak dari karya mereka adalah harus mengangkat kearifan lokal Indonesia yang maha kaya. Akhir diskusi dari kelompok yang salah satu anggotanya adalah anggota Komunitas One Day One Post ini mengangkat tentang rempah-rempah. Rempah Rindu lahir sekitar dua bulan kemudian.

    Rempah Rindu berhasil mengungkap kehangatan rasa, kerinduan yang membuncah, mengartikan cinta, hingga menjadi perantara untuk mengikhlaskan masa lalu sebagai bentuk kenangan. Tujuh penulis menggabungkan karya dalam buku ini. Rempah Rindu, Kidung Vanili, Aroma Cinta Andaliman, Piper Amoris, Memoar Anise, Kukejar Cinta ke Negeri Rempah, dan Tenun Kenangan dalam Semangkuk Soto.

    Setiap novelet memiliki keunikan kisah sekaligus mengangkat kearifan lokal dari berbagai daerah. Kita juga bisa menemukan beberapa resep masakan khas yang dapat dicek keabsahannya sebelum dipraktikkan. Rempah Rindu misalnya, menjadikan jahe sebagai pengikat ingatan sekaligus kenangan seorang anak yang kehilangan ibunya akibat tsunami. Terbayang, betapa sakit hati seorang anak disiksa rindu yang mencekam, kala kehilangan sang ibu tak mampu lagi mengingat wajahnya? Hanya aroma jahe yang mampu membangkitkan kenangan tentang sang ibunda tercinta. Atau Tiur, yang harus melawan keegoisannya untuk pulang setelah mendapat kabar bahwa ibundanya sakit parah. Padahal sebelum berangkat, sang ibu bersumpah tak ada pintu rumah yang terbuka menyambutnya pulang setelah ia memilih pergi.

    Senyum simpul, tawa geli, bahkan linangan air mata bergantian meramaikan suasana hati saat membaca buku ini. Memang, dua bulan terkesan terlalu singkat untuk proses lahirnya sebuah buku yang sebelumnya tidak terencana sempurna. Sehingga wajar, masih ada efektifitas kalimat yang harusnya bisa lebih disempurnakan, atau kesalahan penulisan yang dapat diminimalisir seandainya mereka memiliki kesempatan lebih panjang. Bagaimanapun, secara keseluruhan, kumpulan kisah ini luar biasa. Bagi Anda yang berminat dengan buku ini, narahubung ada pada Nenny Makmun, salah satu penulis yang dapat dihubungi melalui nomor 0816641454.

    Judul : Rempah Rindu
    Penulis : MS Wijaya, dkk
    Penerbit : Azkiya Publishing
    Cetakan : Jakarta, 2019
    Genre : Fiksi, Kumpulan Novelet
    ISBN : 978-623-2071-83-4

    Sakifah anggota komunitas ODOP, penanggung jawab oprec batch 7