BLANTERORBITv102

    Man Jadda Wa Jada

    Minggu, 01 September 2019

    Oleh: Nindyah Widyastuti

    Bagi anak pesantren alias santri, semboyan “Man jadda wa jada” sudah tidak asing lagi karena hampir setiap hari mereka dengar. Kalimat yang memiliki arti kurang lebih “siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil” seperti api yang membakar semangat mereka untuk selalu bersungguh-sungguh dalam perjuangan mereka mencari ilmu. Selain harus rajin belajar, mereka pun harus beradaptasi dengan teman-teman yang berasal dari berbagai penjuru kota dan daerah.

    Begitu pun cerita yang dikisahkan oleh Mbak Irma di dalam bukunya “Santriwati Baru” ini. Perjuangan beliau selama di Pondok Pesantren Ngruki dikisahkan dengan rinci. Bagaimana beliau yang mualaf, keturunan Tionghoa, sempat dipandang sebelah mata oleh para santriwati lainnya. Belum lagi pelajaran yang lumayan sulit, mengingat latar belakang beliau yang berasal dari sekolah negeri. Namun semua kesulitan itu bisa beliau atasi. Bahkan, tanpa diduga, beliau bisa meraih juara 1 di kelasnya.

    “Apalagi ketika pertama kali aku masuk ke Pesantren Ngruki ini, aku sempat dikelompokkan oleh wali kelasku ke dalam kelompok santriwati yang kurang bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Waktu itu aku sempat minder dan hampir putus asa.

    Alhamdulillah, berkat doa serta dukungan Papi dan Mami, pikiranku serasa terbuka untuk mudah menerima dan memahami pelajaran sekolah. Kalau sebelumnya aku merasa kesulitan terutama karena hampir 90% pelajaran menggunakan bahasa Arab, kini justru aku semakin bersemangat dalam mempelajari setiap masa pelajaran di sekolah.” (hal. 38)

    Ada sebagian orang tua yang berpikir bahwa bila mereka sudah menyekolahkan anaknya di pesantren, maka selesai sudah tugas mereka. Mereka berpikir dengan di pesantren, anaknya akan mempelajari ilmu-ilmu yang diajarkan di sana  sekaligus belajar untuk beribadah dengan lebih tertib dan tekun. Pulang dari pesantren, dijamin anaknya sudah “menjadi orang”. Ternyata, berdasarkan pengalaman Mbak Irma, meski anaknya di pesantren, bukan berarti tugas orang tua sudah purna. Justru doa orang tua sangat berperan bagi keberhasilan sang anak di pesantren. Tanpa doa orang tua, hampir mustahil anak itu akan menjadi orang yang berhasil.

    Judul : Santriwati Baru (Catatan Harian Santriwati Baru)
    Penulis : Irma Anggraini Adi
    Penerbit : Stiletto Indie Book
    Cetakan : Pertama, 2016
    ISBN : 978-602-7572-553
    Tebal buku : 108 halaman; 10x15 cm

    Nindyah Widyastuti tinggal di Bekasi, anggota ODOP batch 1.