Cinta Menggila
Rabu, 01 Mei 2019
Oleh: Anelleea
Cinta Menggila
Rasa yang menderas
Membasahi tanah jiwa
Meninggalkan sensasi dingin yang menggetarkan
Memekarkan bunga-bunga dalam taman harapan
Seolah bahagia kian merasuk
Dalam canda penuh tawa
Sejoli berpaut dalam mimpi yang sama
Menjalin kasih hingga negeri nirwana
Hingga berpuluh purnama menyapa
Getar asmara tak lagi menjelma
Yang tertinggal hanya air mata
Perlahan makna cinta semakin tak nyata
Bukankah akhir dari cinta harusnya bahagia?
Menyatukan hasrat dan cita dalam satu ikrar yang sakral?
Bukan sekedar bercinta lalu menggila?!?
Jatiwangi, 19 Maret 2019
Ah, Sudahlah!
Sebut saja saya bodoh!
Berkali-kali mencoba mencari jodoh
Dengan segala upaya tanpa jeda
Dari kiat receh hingga tips kelas eksekutif muda
Bilang saja saya tolol!
Tak gentar dan tak takut kegagalan
Seribu cara dilakukan
Hanya demi mendapatkan pasangan yang afdol
Katanya jodoh di tangan Tuhan
Sudah ada yang mengatur siapa berpasangan dengan siapa
Apakah berarti harus diam saja
Tanpa perlu sibuk mencari dan menemukan?
Entahlah
Biar saja mereka bilang saya gila!
Bukankah tak ada larangan Tuhan untuk giat berusaha
Selama tak berseberangan dengan aturan yang Ia titah?
Baiklah!
Sebut saja saya berlebihan
Bahkan Thomas Alfa Edison pun rekor gagalnya tak sebanyak apa yang telah saya perjuangkan
Biarlah!
Saya hanya mencoba membuktikan janji Tuhan
Bahwa Dia tak akan pernah keliru memberi balasan
Bukankah semakin giat "bekerja"
Semakin tinggi peluang meraih kesuksesan?
Begitulah
Terserah apa yang ingin mereka lontarkan
Saya hanya sedang "menunggu" dengan tindakan
Bukan sekedar berkeluh dan berkesah
Ah, sudahlah!
Jatiwangi, 19 Maret 2019
Duh Kasihan!
Seekor kambing mengendus di tanah tandus
Mengais tanah berlumut
Demi sejumput rumput
Mengembik prihatin dalam asa yang kian pupus
Mereka bilang tanahnya subur
Bahkan tongkat tumbuh serupa tanaman
Namun si kambing hanya bisa mendengkur
Dengan perut keroncongan tanpa terisi sedikit pun makanan
Hingga si kambing tersadarkan
Tanah yang ia jejak ternyata telah berbeda
Kini hamparan rumput hijau berganti kerikil berserakan
Bukanlah hamparan menghijau yang tersapu pandangan mata
Mengapa bisa begini?
Dulu koloninya biasa merumput hingga kekenyangan
Walau tak pernah berhenti mulut mengunyah lagi dan lagi
Bentangan rumput hijau tak pernah hilang dalam pandangan
Semakin banyak yang mereka makan
Sebanyak itu pula tanah kembali dipenuhi rerumputan
Tak pernah terpikir dalam benaknya
Kelak rumput yang melimpah ruah menjadi amatlah langka
Ada apa gerangan?
Terlalu serakahkah koloninya?
Tak cukup melestarikankah mereka?
Atau mungkin tanahnya saja yang sedang berganti peran?
Dulu ia dicintai karena kesuburannya
Kini ia ditinggalkan karena ketandusannya
Dulu ia diperebutkan oleh berjuta juta kambing ambisius yang rakus
Kini ia hanya ditinggalkan bersama seekor kambing renta yang pemalas
Dulu ia terlihat indah dengan hamparan hijau yang membentang luas
Kini ia hanyalah serupa tanah tandus berkerikil yang tampak nahas
Duh kasihan!
Tanah tandus yang ditinggalkan
Dan seekor kambing renta yang kelaparan
Jatiwangi, 19 Maret 2019
Anelleea bernama asli Lia Anelia Nuraini berdomisili di Jatiwangi, Majalengka. Seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, member ODOP batch 6. Blog-nya di leeanel.blogspot.com
0 apresiasi