Oleh: Anelleea Cinta Menggila Rasa yang menderas Membasahi tanah jiwa Meninggalkan sensasi dingin yang menggetarkan Memekarkan bunga-bunga dalam taman harapan Seolah bahagia kian merasuk Dalam canda penuh tawa Sejoli berpaut dalam mimpi yang sama Menjalin kasih hingga negeri nirwana Hingga berpuluh purnama menyapa Getar asmara tak lagi menjelma Yang tertinggal hanya air mata Perlahan makna cinta semakin tak nyata Bukankah akhir dari cinta harusnya bahagia? Menyatukan hasrat dan cita dalam satu ikrar yang sakral? Bukan sekedar bercinta lalu menggila?!? Jatiwangi, 19 Maret 2019 Ah, Sudahlah! Sebut saja saya bodoh! Berkali-kali mencoba mencari jodoh Dengan segala upaya tanpa jeda Dari kiat receh hingga tips kelas eksekutif muda Bilang saja saya tolol! Tak gentar dan tak takut kegagalan Seribu cara dilakukan Hanya demi mendapatkan pasangan yang afdol Katanya jodoh di tangan Tuhan Sudah ada yang mengatur siapa berpasangan dengan siapa Apakah berarti harus diam saja Tanpa perlu sibuk mencari dan menemukan? Entahlah Biar saja mereka bilang saya gila! Bukankah tak ada larangan Tuhan untuk giat berusaha Selama tak berseberangan dengan aturan yang Ia titah? Baiklah! Sebut saja saya berlebihan Bahkan Thomas Alfa Edison pun rekor gagalnya tak sebanyak apa yang telah saya perjuangkan Biarlah! Saya hanya mencoba membuktikan janji Tuhan Bahwa Dia tak akan pernah keliru memberi balasan Bukankah semakin giat "bekerja" Semakin tinggi peluang meraih kesuksesan? Begitulah Terserah apa yang ingin mereka lontarkan Saya hanya sedang "menunggu" dengan tindakan Bukan sekedar berkeluh dan berkesah Ah, sudahlah! Jatiwangi, 19 Maret 2019 Duh Kasihan! Seekor kambing mengendus di tanah tandus Mengais tanah berlumut Demi sejumput rumput Mengembik prihatin dalam asa yang kian pupus Mereka bilang tanahnya subur Bahkan tongkat tumbuh serupa tanaman Namun si kambing hanya bisa mendengkur Dengan perut keroncongan tanpa terisi sedikit pun makanan Hingga si kambing tersadarkan Tanah yang ia jejak ternyata telah berbeda Kini hamparan rumput hijau berganti kerikil berserakan Bukanlah hamparan menghijau yang tersapu pandangan mata Mengapa bisa begini? Dulu koloninya biasa merumput hingga kekenyangan Walau tak pernah berhenti mulut mengunyah lagi dan lagi Bentangan rumput hijau tak pernah hilang dalam pandangan Semakin banyak yang mereka makan Sebanyak itu pula tanah kembali dipenuhi rerumputan Tak pernah terpikir dalam benaknya Kelak rumput yang melimpah ruah menjadi amatlah langka Ada apa gerangan? Terlalu serakahkah koloninya? Tak cukup melestarikankah mereka? Atau mungkin tanahnya saja yang sedang berganti peran? Dulu ia dicintai karena kesuburannya Kini ia ditinggalkan karena ketandusannya Dulu ia diperebutkan oleh berjuta juta kambing ambisius yang rakus Kini ia hanya ditinggalkan bersama seekor kambing renta yang pemalas Dulu ia terlihat indah dengan hamparan hijau yang membentang luas Kini ia hanyalah serupa tanah tandus berkerikil yang tampak nahas Duh kasihan! Tanah tandus yang ditinggalkan Dan seekor kambing renta yang kelaparan Jatiwangi, 19 Maret 2019
Anelleea bernama asli Lia Anelia Nuraini berdomisili di Jatiwangi, Majalengka. Seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, member ODOP batch 6. Blog-nya di leeanel.blogspot.com