BLANTERORBITv102

    Mencari Tuhan di Langit

    Senin, 01 April 2019

    Oleh: Hiday Nur

    Mencari Tuhan di Langit

    Lonceng dipukul lima kali, dan bertalu-talu di 
    kepalaku yang hingar mendaki 
    awan. Hari ini tak ada guruh, 
    ada kereta kencana putih, kuda
    laut menari.aku terbang 
    dan mencongkel jendela dan melompat, 
    mencari Tuhan 
    di langit. Ada ombak, ada deras, ada rengekan 
    biri-biri, ada petir, ada kaca retak, ada 
    jurang, ada kilap, ada 
    samudera, Tuhan di mana?
    angkasa itu rimba
    wasangka meracau 
    telingaku. pekak.
    Malaikat tak ada. Kapas-kapas, 
    menyekap, dia bilang: Tuhan sudah pindah?

    Tuban, 2019

    Menghitung Bintang

    //Bangunkan aku pukul 
    tiga, aku hendak menghitung 
    bintang, di langit-langit 
    kamar. Bumi bergasing seperti 
    komidi di festival 
    bermain, berpusing, warnanya 
    luntur: 
    merahkelabu 
    birukelabu
    hijaukelabu
    abuabukelabu

    //Di kelopak 
    mataku, bintang hinggap 
    terlalu kerap, tak 
    bisa dihitung, angka-angka 
    tak cukup.kepalaku penat, 
    merangkai-rangkai 
    mesin, kupintal 
    jadi junjungan, 
    esok. 

    aku, di mana?

    Tuban, 2019

    Apa yang Tersimpan

    Apa yang tersimpan di dadamu? Apakah malaikat, nabi-nabi, 
    atau iblis dari firdaus?
    Sst... jangan berisik
    Tuhan sedang menghadap cermin
    bagaimana dia memantulkan mata-Nya
    menjadi matamu. Penglihatan-Nya 
    penglihatanmu.Pendengaran-Nya adalah 
    kuping-kupingmu.Sabda-Nya dituang 
    menjadi mulut-mulutmu yang kelak 
    cakap menghunus angkasa dan dataran 
    berakit-rakit di kolam dan bola 
    perkasa berkemul remah-remah 
    sampah.Jiwa multitriliyun, warna melunturi 
    sekerat darah di pusat 
    nadimu, menjadi angan-angan lalu nyata lalu 
    kenangan.
    Sst... Jangan berisik.
    (Tuhan melahirkan nabi-nabi lalu rahasia dipintal satu-satu dilindap sunyi.Penciptaan adalah drama tiga babak yang direka ulang, seperti roda film diputar.Kapan berhenti?)

    Tuban, 2019

    Hiday Nur adalah anggota ODOP batch pertama, tinggal di Tuban, menulis puisi, cerpen, esai, artikel, hingga jurnal terindex internasional. Buku kumpulan puisinya berjudul 30 Menit, diterbitkan oleh Gong Publishing pada 2017 dan masuk dalam katalog perpustakaan Universitas Leiden Belanda pada 2018.