Oleh: Hiday Nur
Mencari Tuhan di Langit
Lonceng dipukul lima kali, dan bertalu-talu di
kepalaku yang hingar mendaki
awan. Hari ini tak ada guruh,
ada kereta kencana putih, kuda
laut menari.aku terbang
dan mencongkel jendela dan melompat,
mencari Tuhan
di langit. Ada ombak, ada deras, ada rengekan
biri-biri, ada petir, ada kaca retak, ada
jurang, ada kilap, ada
samudera, Tuhan di mana?
angkasa itu rimba
wasangka meracau
telingaku. pekak.
Malaikat tak ada. Kapas-kapas,
menyekap, dia bilang: Tuhan sudah pindah?
Tuban, 2019
Menghitung Bintang
//Bangunkan aku pukul
tiga, aku hendak menghitung
bintang, di langit-langit
kamar. Bumi bergasing seperti
komidi di festival
bermain, berpusing, warnanya
luntur:
merahkelabu
birukelabu
hijaukelabu
abuabukelabu
//Di kelopak
mataku, bintang hinggap
terlalu kerap, tak
bisa dihitung, angka-angka
tak cukup.kepalaku penat,
merangkai-rangkai
mesin, kupintal
jadi junjungan,
esok.
aku, di mana?
Tuban, 2019
Apa yang Tersimpan
Apa yang tersimpan di dadamu? Apakah malaikat, nabi-nabi,
atau iblis dari firdaus?
Sst... jangan berisik
Tuhan sedang menghadap cermin
bagaimana dia memantulkan mata-Nya
menjadi matamu. Penglihatan-Nya
penglihatanmu.Pendengaran-Nya adalah
kuping-kupingmu.Sabda-Nya dituang
menjadi mulut-mulutmu yang kelak
cakap menghunus angkasa dan dataran
berakit-rakit di kolam dan bola
perkasa berkemul remah-remah
sampah.Jiwa multitriliyun, warna melunturi
sekerat darah di pusat
nadimu, menjadi angan-angan lalu nyata lalu
kenangan.
Sst... Jangan berisik.
(Tuhan melahirkan nabi-nabi lalu rahasia dipintal satu-satu dilindap sunyi.Penciptaan adalah drama tiga babak yang direka ulang, seperti roda film diputar.Kapan berhenti?)
Tuban, 2019
Hiday Nur adalah anggota ODOP batch pertama, tinggal di Tuban, menulis puisi, cerpen, esai, artikel, hingga jurnal terindex internasional. Buku kumpulan puisinya berjudul 30 Menit, diterbitkan oleh Gong Publishing pada 2017 dan masuk dalam katalog perpustakaan Universitas Leiden Belanda pada 2018.
0 apresiasi